Sistem Tilang Elektronik terhadap Pelanggar Lalu Lintas Berdasarkan Perma Nomor 12 Tahun 2016
Abstract
Guna mengoptimalkan pengaturan terhadap pengguna alat transportasi yang semakin pesat dan karena perkembangan alat-alat transportasi berbanding terbalik dengan ketaatan dalam berlalu lintas yang menyebabkan semakin banyaknya pelanggaran terhadap lalu lintas, maka pemerintah telah mengeluarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, dengan menerapkan sistem bukti pelanggaran elektronik (e-tilang) yang diikuti dengan diterbitkannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Lalu Lintas. Penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas sebelum diberlakukannya e-tilang memberikan perlindungan dan menjamin hak-hak bagi pelanggar lalu lintas. Pengaturan dan praktek penegakan hukum yang demikian memberikan kemudahan sekaligus perlindungan kepada pelanggar lalu lintas. Penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas dengan menggunakan sistem e- tilang yang berpedoman kepada Perma Tilang, kurang atau tidak dapat mengakomodir hak-hak pelanggar sebagai tersangka/ terdakwa sebagai suatu bentuk perlindungan kepada pelanggar lalu lintas. Hal ini disebabkan karena penegakan hukum dengan sistem e-tilang yang mengacu kepada Perma Tilang, tidak memberikan ruang bagi pelanggar lalu lintas sebagai Justitiabelen karena tidak dapat menghadiri sidang tilang. Untuk perbaikan penegakan hukum kedepannya perlu dilakukan peninjauan dan revisi terhadap pelaksanaan tilang elektronik.
Full Text:
PDFReferences
Alostar, Aritidjo. 17 Juni 2014. "Sambutan."
Seminar Penelitian Alternatif
Pengelolaan Perkara Tilang.
Anwar, Yesmil, and Adang. 2011. Sistem
Peradilan Pidana: komsep, komponan, dan Pelaksanaannya dalam Penegakan Hukum di Indonesia. Bandung: Widya Padjadjaran.
Ardiansyah, Riza, interview by Arif Fansuri. 2018. Wawancara (Agustsu 3).
Ekoputro, Iksan Mardji. 1985. Asas Praduga Tak Bersalah dan Hak-Hak Asasi Manusia dalam KUHAP. Tesis, Jakarta: Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Harahap, Yahya. 2014. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.
Huijber, Theo. 1982. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Kanisius.
Ningsih, Bertha, interview by Arif Fansuri. 2018. Wawancara (Agustus 1).
Packer, Herbert L. 1983. Bahan Wajib Mata Kuliah Sistem Peradilan Pidana. Jakarta: Pusat Dokumentasi Hukum Universitas Indonesia.
Rahmawan, Handika, interview by Arif Fansuri. 2018. Wawancara (Agustus 8).
Samudera, Teguh. 2004. Analisis dan Evaluasi
Hukum tentang Tersangka/Terdakwa dalam
Jakarta: Badan Pembinaan
Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI.
Soekanto, Soerjono. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Yunita, Amelda. 2011. Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Proses Peradilan Perkara Terorisme. Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 IJTIHAD
Ijtihad by Fakultas Syari'ah UIN Imam Bonjol Padang is licensed under a Attribution-ShareAlike 4.0 International (CC BY-SA 4.0)
EDITORIAL OFFICE
Fakultas Syariah UIN Imam Bonjol Padang
Kampus III UIN Imam Bonjol Padang
Jl. Balai Gadang Kec. Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat 25171