PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI’I HUKUM MENGGUNAKAN AIR MUSTAKMAL UNTUK THAHARAH

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat Imam Malik dengan Imam Syafi’i tentang air mustakmal yang digunakan untuk thaharah. Imam Malik berpendapat Hukum menggunakan air mustakmal untuk thaharah adalah makhruh, sedangkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa hukum menggunakan air mustakmal boleh. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu metode pengumpulan data dari pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian berupa dokumen dan buku-buku di perpustakaan. Hasil dari penelitian menunjukkan Imam Malik berpandangan terhadap Hukum menggunakan air mustakmal untuk thaharah adalah makhruh, sedangkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa hukum menggunakan air mustakmal untuk thaharah adalah boleh. Selanjutnya yang menyebabkan perbedaan pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i adalah dalil ataupun hadis yang digunakan oleh Imam Malik dan Imam Syafi’i yang berbeda. Dimana Imam Malik berpegang kepada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim No. 283 sehingga Imam Malik berpendapat hukum Menggugakan air musta’mal adalah makruh. Sedangkan Imam Syafi’i berpegang kepada hadis yang diriwayatkan Abu Daud no. 68, Tirmidzi no. 65, dan Ibnu Majah no. 370.