Studi Komperatif Antara Nadhatul Ulama dan Muhammadiyah Di Indonesia Dalam Pengamalan Hukum Awal Waktu Puasa

Abstract

Nahdhatul Ulama menggunakan rukyat untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal. Jika bulan tidak terlihat karena cuaca buruk maka dilakukan istikmal, artinya bulan Sya'ban tetap 30 hari dan bulan Ramadhan tetap 29 hari. Muhammadiyah menggunakan metode perhitungan untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal. Baik bulan terlihat atau tidak, saat bulan terbit di atas cakrawala pada titik balik matahari, itu adalah bulan baru. Dalam salah satu keputusannya, Majlis Tarjih Muhammadiyah menetapkan bahwa : 'Íjika ahli hisab menetapkan hilal belum wujud (belum tampak tanggal) atau sudah wujud di atas ufuk matahari terbenam, tetapi tidak kelihatan padahal ada orang yang dapat melihatnya, maka ru'yah-lah yang Mu'tabar dapat diterima. Hal ini didasarkan pada hadis tersebut di atas, dengan syarat hilal sudah wujud.Bila hilal belum wujud, yakni posisi bulan negatif terhadap ufuk, maka ketentuan ru'yah yang mu'tabar tidak berlaku.